Translate

Rabu, 30 April 2014

Histologi Bab.Darah


DARAH
            Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen berbentuk yaitu  sel-sel darah, trombosit dan suatu substansi interseluler cair, yaitu plasma darah. Volume darah pada manusia dewasa sehat kurang lebih 5 liter, dan bila dibandingkan darah meliputi sekitar 8 persen berat badan.
           
Darah segar adalah suatu cairan merah kental yang setelah didiamkan beberapa lama akan membeku dan kekentalannya seperti agar-agar.  Jika pembekuan darah dicegah dengan penambahan suatu anti koagulasi (zat pencegah pembekuan) perlahan-lahan sel-sel darah akan terpisah meninggalkan plasma darah di atas dan sel sel mengendap di bawah. Dengan menggunakan alat sentrifugasi, sel-sel darah akan lebih cepat mengendap dan pada saat yang sama terkonsentrasi di dasar tabung. Jika tabung ini dikalibrasi dari 0-100, maka persentase darah yang dibentuk oleh sel-sel darah  disebut hematokrit dapat langsung dibaca pada tabung itu. Hematokrit berasal dari bahasa Yunani yaitu haima (haimat) yang berarti darah dan krino yang berarti memisahkan. Secara normal hematokrit adalah 43 % atau berkisar sekitar 40 -50 %. Perbandingan ini terrgantung pada jenis kelamin dan umur individu. Setelah disentrifugasi tampak darah terdiri dari tiga lapisan yaitu : lapisan yang paling bawah lapisan merah terdiri dari sel-sel darah merah (eritrosit).  Istilah erythros berasal dari Yunani yang berarti merah, lapisan tipis diatasnya terdiri dari sel darah putih  ( leukosit}, berasal dari kata leukos berarti yang putih). Sedangkan paling atas adalah cairan kuning yang tembus cahaya yaitu plasma.












Gambar 10.1 . Gambar skematis hematokrit, setelah sentrifugasi darah

            Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan menggunakan mikroskop cahaya, pada umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak saja untuk mempelajari bentuk masing-masing sel darah, tetapi dapat digunakan untuk menghitung perbandingan antara masing-masing jenis sel darah.
            Untuk membuat sediaan apus darah diperlukan dua buah kaca sediaan yang sangat bersih, terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca sediaan bertindak sebagai tempat tetes darah yang hendak diperiksa dan yang lain bertindak sebagai alat untuk meratakan tetes darah agar didapatkan lapisan tipis darah (kaca perata).












Gambar 10.2   Cara membuat sediaan apus darah

A. Setetes darah diletakkan pada kaca  sediaan, gelas sediaan kedua diletakkan pada sisi pendek dengan sudut 450
B. Apabila tetes darah tersentuh oleh sisi kaca maka akan menyebar sepanjang sisi
C. Dengan gerakan horisontal dengan kemiringan tetap, kaca sediaan akan meratakan darah sebagai film tipis pada permukaan kaca
D. Hasil sediaan yang siap diwarnai
            Darah dapat diperoleh dari tusukan jarum pada ujung jari. Sebaiknya tetesan darah pertama dibersihkan agar diperoleh hasil yang memuaskan. Tetesan yang kadua diletakkan pada daerah ujung kaca sediaan yang bersih. Salah satu ujung sisi pendek kaca perata diletakkan miring dengan sudut kira-kira 450, tepat di depan tetes darah sehingga menyentuhnya. Sudut antara kedua kaca tersebut sangat mempengaruhi hasil sediaan. Setelah tetes darah menyebar sepanjang sisi  pendek kaca perata, maka dengan mempertahankan sudutnya, kaca perata digerakkan secara cepat sehingga terbentuklah selapis tipis darah di atas kaca sediaan.
            Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu kamar, barulah dilakukan pewarnaan sesudah difiksasi menurut metoda yang dipilih. pada masa ini sering digunakan pewarnaan metoda giemsa dan wright yang merupakan modifikasi metoda romanowsky.
Pada dasarnya bahan pewarna selalu terdiri atas zat warna basa dan zat warna asam. cara-cara pewarnaan dapat dipelajari pada buku teknik perwanaan.

10.1  Plasma Darah
            Plasma merupakan suat larutan berwarna kuning yang mengandung plasma protein, garam anorganik serta bahan-bahan organik seperti asam-asam amino, vitamin, hormon, lipid dan sebagainya. Melalui dinding-dinding kapiler plasma berada dalam keseimbangan dengan cairan tubuh.
            Fungsi plasma adalah sebagai pengangkut metabolit, juga sisa-sisa hasil metabolisme. Hormonpun dapat diangkut di dalam plasma, sedangkan CO2 diangkut sebagai larutan di dalam plasma dalam bentuk CO2 atau HCO3. Di samping itu plasma juga ikut di daloam soal pengaturan distribusi panas, kesembangan asam basa maupun osmotik.

10. 2  Elemen-Elemen Berbentuk Dari Darah
            Sel-sel darah yaitu eritrosit, lekosit dan keping-keping darah disebut sebagai elemen-elemen berbentuk dari darah atau unsur-unsur berbentuk. Eritosit dan keping-keping darah berfungsi khusus dalam aliran darah, yaitu di dalam sistem  pembuluh darah. Sebaliknya leukosit hanya sementara terdapat di dalam darah, sebab leukosit meninggalkan aliran darah melalui dinding kapiler darah dan venule.  Kemudian leukosit menetap di jaringan penyambung atau jaringan limpoid.
            Pemberian nama “eritrosit” ini mungkin masih dalam perdebatan. Sebab ternyata sel-sel darah merah  ini tidak mempunyai inti. Sedangkan keping-keping darah bukanlah sel-sel yang sebenarnya pada vertebrata tinggi sebab keping-keping darah juga tidak berinti. Pada reptil dan ampibi terdapat sel-sel berinti yang sesuai dengan keping-keping darah disebut trombosit.Sebaliknya leukosit merupakan sel-sel dalam arti yang sebenarnya sebab mempunyai inti.
            Leukosit ada lima macam. Klasifikasi ini berdasarkan ada tidaknya granula khas dalam sitoplasma. Dengan demikian ada leukosit granuler dan leukosit agranuler. Leukosit yang bergranula dibagi lagi menjadi tiga macam tergantung dari pewarnaan granulanya yaitu menjadi granulosit netrofilik, granulosit eosinofilik dan granulosit basofilik. Lekosit yang tidak bergranula terbagi atas limposit dan monosit. Limposit sering terbagi menjadi limposit mononuklear dan limposit polimorfonuklear atas dasar bentuk intinya. Jumlah eritosit yang beredar dalam darah kurang lebih lima juta per mikroliter, keping darah kurang lebih 300.000 permikroliter dan lekosit kurang lebih 7000 permikroliter.
1. Eritrosit
            Eritosit atau sel darah merah  pada mamalia tidak berinti. Sedangkan eritrosit pada burung berinti. Pada manusia berbentuk cakram bikonkaf berdiameter 7,2 mikron. Bentuk ini mengakibatkan eritrosit mempunyai permukaan yang luas  yaitu 25% lebih luas daripada jika ia berbentuk bola. Hal ini akan memperlancar pertukaran gas, yang terjadi pada permukaan sel. Gas-gas yang diangkut oleh eritrosit ialah O2  dan CO2 yang diikat oleh hemoglobin.
            Eritrosit bersifat lunak, yang memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan bentuk kapiler yang kadang-kadang tidak teratur, maupun lumennya yang sempit. Ia dapat mengubah dirinya dengan mudah.Bila melalui liku-liku percabangan kapiler. Selain itu karena eritrosit bukan suatu bentukan yang kaku, maka viskositas darah tetap rendah.
            Eritrosit-eritrosit yang baru dilepaskan ke dalam aliran darah oleh sumsum tulang mengandung  ribosomal RNA yang dapat dicat dengan supravital, sehingga menunjukkan struktur mirip jala. Sel-sel ini disebut retikulosit. Dari seluruh jumlah eritrosit yang beredar 1% nya adalah retikulosit. Hal ini adalah merupakan jumlah eritrosit yang setiap harinya diganti oleh sumsum tulang.
            Umur eritrosit di dalam sirkulasi pada manusia kira-kira 120 hari. Eritosit yang sudah rusak dikeluarkan dari sirkulasi oleh sel-sel dari sistem makrofag tubuh, misalnya di limpa.
Variasi Bentuk Eritrosit :
1. Rulo (Rouleaux)
Bila eritrosit tidak beredar maka eritrosit mudah berkelompok dalam bentuk tumpukan yang disebut Rouleaux. karena perlekatan antara permukaan yang luas. Begitu juga bila darah dibiarkan sejenak, maka oleh daya tarik permukaan, eritrosit-eritrosit mempunyai kecenderungan saling menempel, sehingga menyerupai tumpukan uang logam (stack of coins) yang dalam bahasa perancis disebut sebagai rouleaux. Kecenderungan meningkatnya pembentukan rulo secara klinis tampak sebagai pembentukan laju endapan darah.





Gambar  10.3  : Rouleaux

2. Krenasi (crenation)
            Bila eritrosit berada dalam larutan yang hipertonik. maka cairan keluar dari eritrosit ke dalam larutan sekitarnya. Ini mengakibatkan pengerutan eritrosit, sehingga permukaannya tidak rata lagi tetapi tampak seperti berduri.


Gambar10.4       Krenasi


3.  Sel Hantu (Ghost  Cell )
            Sebaliknya bila eritrosit terdapat dalam larutan yang hipotonik maka cairan justru masuk ke dalam eritrosit. Hal ini menyebabkan eritrosit kehilangan bentuk cakramnya dan menjadi seperti bola. Selanjutnya selaputnya tak dapat lagi mempertahankan haemoglobin, yang lalu keluar ke dalam cairan di sekitarnya. Selaputnya tertinggal sebagai selongsong kosong yang bentuknya tidak keruan dan ini disebut sebagai sel hantu (ghost  cell ).





Gambar 10. 5   Ghost Cell
2. Leukosit
            Seperti juga sel-sel darah merah, sel-sel darah putih atau leukosit beredar di dalam aliran darah. Namun berbeda dari eritrosit yang melakukan tugasnya di dalam aliran darah leukosit melaksanakan pekerjaannya di dalam jaringan-jaringan tubuh. Dengan cara diapedisis dia meninggalkan pembuluh-pembuluh darah yang kecil-kecil, menembus dindingnya melalui celah-celah sempit antara sel-sel endotel dan masuk ke dalam jaringan-jaringan. Leukosit memegang peranan dalam pertahanan-pertahanan seluler maupun humoral terhadap benda-benda asing, hidup maupun mati. Bentuknya seperti bola, bila dalam darah beredar, tetapi dapat seperti amoeboid, bila bertemu dalam barang padatBerdasarkan bintik-bintik yang dapat kita jumpai dalam sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok granulosit dan kelompok agranulosit.
1.  Kelompok Granulosit
            Granulosit adalah sel darah putih yang di dalam sitoplasma mengandung granula-granula yang spesifik disamping juga mengandung granula yang tidak spesifik (granula azurofilik). Berdasarkan granula spesifiknya leukosit dapat dikategorikan ke dalam Neutrofil, Eosinofil dan Basofil. Berdasarkan intinya granulosit ada yang disebut Band, Stab atau Segmen. Kita menyebut suatu granulosit sebagai sel  Band  bila intinya seperti sabuk, tongkat lurus. Kita menyebut suatu granulosit sebagai sel  Stab bila intinya seperti tongkat bengkok, dimana kita dapat melihat kaki-kaki yang sejajar, misalnya seperti huruf U, C atau S. Sel stab ini bila menjadi lebih tua intinya akan menjadi lebih sempit pada tempat-tempat tertentu, dan bagian yang telah menjadi sempit itu disebut filamen. Bila filamen ini telah menjadi demikian sempitnya, sehingga kurang dari 1/3 tebal seluruhnya (tebal bagian inti yang tidak menyempit) maka selnya disebut Segmen. Makin tua selnya mekin banyak pula segmennya.
a. Neutrofil
            Kira-kira 70% dari leukosit yang beredar terdiri dari netrofil. 20% stab/band netrofil dan 50% segmen netrofil. Granula spesifik dari netrofil pada sediaan hanya tampak merah pucat saja, bahkan seringkali sedemikian pucatnya sehingga sukar dibedakan dari sitoplasmanya. Diameternya kurang lebih 12 mikron. intinya dapat terlihat sebagai stab/band atau segmen. Setelah terjadi segmentasi pada intinya, neutrofil sudah sampai pada akhir masa defferensiasinya. Sel ini merupakan sel terminal. Sekali ia melaksanakan tugas fagositiknya, ia tidak dapat mengganti protein yang terpakai maka selanjutnya ia akan mati.
            Neutrofil merupakan garis pertahanan pertama terhadap serbuan mikroorganisma. Mereka merupakan fagosit-fagosit yang aktif. Dalam peredarannya sel-sel ini non aktif dan berbentuk bola, tetapi begitu mereka menyentuh sesuatu yang padat, mereka mengubah bentuknya dan mulai mengeluarkan pseudopodia dan berusaha merangkulnya. Begitu mendapat dasar pegangan granulosit mengalami ekspansi mengeluarkan tonjolan-tonjolan sitoplasma ke berbagai arah yang berubah menjadi daerah tepi yang disebut hyaloplasma yaitu sitoplasma tanpa granula. Diameternya dapat mencapai 20 mikron. Granulositnya sendiri tidak menempelkan diri langsung pada substrat yang padat tadi tetapi mengambang diatasnya dan menyentuhnya dengan tonjolan-tonjolan hyaloplasma. Partikel yang akan difagositosis oleh netrofil dilingkari dengan pseudopodia dan menjadi satu di sekelilingnya. Dengan demikian partikelnya itu akhirnya terdapat di dalam suatu vakuol yang disebut fagosom dibatasi oleh suatu membran yang berasal dari permukaan sel dan berisikan cairan ekstraseluler beserta isinya. Segera sesudah itu granula azurofilik maupun spesifik mempersatukan membran mereka dengan membran fagosom, lalu menuangkan isinya ke dalamnya. Dengan demikian sitoplasma tidak sampai tersentuh oleh enzim-enzim yang ada di dalam granula. Dalam proses ini terjadi pemakaian granula sehingga mengurangi jumlahnya pada sel itu. Granula spesifik mengandung enzim-enzim yang dapat merusak dan menghancurkan dinding sel bakteri.
b. Eosinofil
            Eosinofil merupakan 1-4% dari lekosit di dalam darah. Diameternya 12-17 mikron. Inti pada umumnya bersegmen  dua. Granulanya bersifat acidofilik, berbentuk bola yang sama besarnya dan tersebar merata di seluruh sitoplasma. Eosinofil  dapat mengadakan pergerakan amoeboid dan mampu berfagositosis. Fagositosisnya lebih lambat daripada neutrofil tetapi lebih selektif. Proses fagositosisnya sama dengan neutrofil. Pada keadaan allergi jumlah eosinofil meningkat.
c. Basofil
            Hanya 0 - 0,5% dari leukosit merupakan basofil sehingga biasanya sukar sekali untuk menjumpai sel ini pada sediaan hapusan darah. Diameternya kira-kira 12 mikron. intinya besar berbengkok-bengkok tidak teratur biasanya seperti huruf S. granulanya paling besar dan sering menutupi nukleusnya. Besar dan bentuknya tidak sama. jumlahnya pun tidak sebanyak granula eosinofil sehingga tidak padat penuh di dalam sitoplasma.
            Granula basofil mempunyai kemampuan metakhromasi. Dengan pengecatan wright, pada Ph tinggi suasana alkalik ia menjadi ungu tua. Tetapi pada Ph rendah suasana asam dengan cat yang sama ia akan menjadi merah. Bahan-bahan yang dikandung granula basofil adalah : histamin, zat yang dapat menimbulkan keadaan allergi dan heparin pencegah pembekuan darah. 
            Walau tidak sangat aktif, basofil dapat juga bergerak amoeboid dan berfagositosis. Melihat aktifitasnya yang rendah, mungkin basofil hanya melepaskan granulanya sebagai jawaban atas antigen-antigen tertentu, seperti halnya dengan mast sel (salah satu unsur seluler pada jaringan ikat), tetapi hal ini belum terbukti benar. W#alaupun banyak persamaan, mast sel bukanlah basofil sebab ultrastrukturnya berlainan.
 2. Kelompok Agranulosit
            Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak mengandung granula spesifik tetapi dapat mengandung granula azurofilik (granula yang tidak spesifik).  Perbedaan antara granula spesifik dan granula tidak spesifik adalah sebagai berikut :

GRANULA SPESIFIK

GRANULA AZUROFILIK
(Granula tidak spesifik)

-    Bintiknya lebih kecil
- Timbul sesudah stadium sesudah promyelosit, yaitu stadium myelosit, jumlah serta kemampuan menyerap warna dipertahankan terus sampai matang

- Bintiknya besar.
- Dengan pengecatan wright menjadi ungu kemerahan.
- Timbul dalam stadium, dimana dalam sumsum tulang granulosit masih disebut sebagai promyelosit, jumlahnya makin tua makin berkurang. Pada stadium matang masih ada, tetapi tidak menyerap warna lagi sehingga tidak tampak.

a. Lymposit
20%-40% dari leukosit yang terdapat di dalam darah terdiri dari limposit. Bentuknya seperti bola, berdiameter 6-8 mikron disebut limposit kecil. Disamping limposit kecil terdapat pula limposit sedang yang diameternya kira-kira 12 mikron, namun jumlahnya tidak banyak. Sedangkan limposit yang besar yang berdiameter di atas 12 mikron hanya terdapat di dalam jaringan-jaringan limpoid.
            Inti limposit berbentuk bola dan mengandung kromatin yang membentuk gumpalan-gumpalan kasar sehingga tampak gelap. Sitoplasmanya hanya sedikit agak basofilik berwarna biru muda granula yang dapat dijumpai dalam sitoplasmanya adalah azurofilik. Inipun kalau ada. Limposit mempunyai fungsi immunologik. jenis maupun letak imun berbeda-bead. umurnyapun juga berbeda-beda ada yang hanya beberapa hari saja dan ada pula yang sampai beberapa tahun. Limposit-limposit tertentu dapat berubah dari satu jenis ke jenis yang lain, sementara limposit-limposit yang lainnya tidak dapat. Ada yang mempunyai reseptor-reseptor spesifik pada membrannya namun adapula yang tidak.
            Pada limposit sel-sel pendahulunya dapat dibentuk di dalam sumsum tulang. Di luar sumsum, tulang berkembang menjadi sel-sel imunokompeten. Pada burung misalnya limposit ini terjadi di dua tempat misalnya :
1. Di dalam Bursa fabricius, suatu massa jaringan limpoid di dalam cloaca burung. Di sini sel-sel yang belum terdeferensiasi (undefferentiated cell) yang berasal dari sumsum tulang tadi dipengaruhi untuk menjadi serl pendahulu (progenitor sel) limposit, yang diperlukan untuk pembentukan plasmosit (plasma sel) yang memproduksi antibodi (immunoglobulin) terhadap antigen-antigen spesifik. mereka terlibat dalam imunitas humoral tubuh. Limposit ini dikenal sebagai limposit B (Bursa dependent) limposit. Pada manusia Bursa fabricius tidak ada tetapi deferensiasi menjadi sel-serl B dapat terjadi di daerah Bursa iquivalent yaitu daerah-daerah gastrointestinal.
2. Di dalam Thymus, sel-sel yang belum berdefferensiasi yang berasal dari sumsum tulang dipengaruhi menjadi sel-sel pendahulu dari limposit yang terlibat dalam imunitas seluler tubuh. Limposit ini disebut limposit T (Thymus dependent )limposit.
            Kedua organ itu disebut organ limpoid pusat dan dari sini sel-sel yang telah berdeferensiasi menyebar ke daerah-daerah lain dalam tubuh dimana terdapat jaringan limpoid.
            Bila bersentuhan dengan sesuatu antigen. B limposit berubah menjadi plasmosit yang membuat antibodi yang dikeluarkan ke dalam darah, cairan interseluler maupun cairan limpe. Namun di dalam darah kebanyakan limposit adalah dari jenis limposit T dan merupakan pembangkit dari reaksi-reaksi immun yang tidak tergantung dari antibodi yang beredar bebas. Contohnya adalah graft-rejection atau penolakan terhadap sesuatu pencangkokan. Dalam reaksi immun jenis ini T limposit memproduksi faktor-faktor yang tetap melekat pada permukaannya. Dengan demikian reaksi ini hanya terjadi bila limpositnya sendiri hadir di situ untuk mengeluarkan faktor-faktor tadi disekitarnya. 
            Ada limposit yang dapat berfungsi sebagai sel pengingat (memory cell). Ini adalah limposit yang terpengaruh oleh antigen, tetapi tidak berdefferensiasi menjadi plasmosit. Bila kelak kelak mereka bertemu lagi dengan antigen yang sama mereka cepat-cepat bermitosis beberapa kali dan menjadi plasmosit yang membuat antibodi terhadap antigen itu. Hal ini menjelaskan mengapa suntikan kedua dari sesuatu antigen diikuti oleh produksi antibodi yang lebih banyak dan lebih cepat dari pada suntikan produksi antibodi padfa suntikan pertama.




















Gambar 10.6  Siklus Hidup limfosit (skematis)
b. Monosit
            Monosit merupakan sel darah yang terbesar, ukurannya 12-15 mikron, bahkan dapat mencapai 20 mikron. Jumlahnya 2-8 % dari seluruh leukosit yang beredar di dalam darah. Bentuk intinya biasanya seperti ladam kuda atau seperti ginjal. Kromatinnya lebih kendor atau lebih halus daripada limposit. Dengan demikian intinya tampak lebih pucat. Di dalam sitoplasma tidak dijumpai granula spesifik tetapi biasanya dijumpai granula azurofilik.
Monosit biasanya diketemukan di dalam darah, jaringan ikat, dan lain-lain jaringan maupun rongga-rongga tubuh.Ia termasuk di dalam RES (Reticulo Endothelial System) dan dapat berfagositasis. Tempat asalnya adalah sumsum tulang dan ia diangkut di dalam tubuh melalui aliran darah melalui aliran darah.Sesudah menyeberangi dinding kapiler dan masuk ke dalam jaringan ikat ia berubah menjadi sel fagosit dari sistem makrofagnya. Monosit beredar di dalam darah selama beberapa hari, lalu meninggalkannya. Sekali ia masuk ke daloam jaringan biasanya ia tidak akan masuk kembali ke dalam sistem sirkulasi. Di dalam jaringan ia bekerja sama dengan limposit  dalam sistem pertahanan immun.
3. Keping-Keping darah 
            Keping-keping darah atau platellets adalah fragmen-fragmen kecil sitoplasma ( 2 - 5 mikron) yang mempunyai selaput sel yang lengkap dan mengandung beberapa granula ungu. Jumlahnya 150-300 ribu / mm3. Ia berasal dari sumsum tulang dan merupakan fragmen-fragmen sitoplasma dari sel-sel besar yang disebut metamegakariosit.
            Keping darah merupakan bangunan berbentuk pipih yang panjangnya sekitar 3 mikrometer. Keping darah sering membentuk kelompokan kecil, tetapi dapat juga membentuk massa yang lebih besar. Keping darah mempunyai zona sentral yang disebut granulomer yang membentuk granula ungu sampai biru. Granulomer dikelilingi oleh zona yang lebih terang yang tidak mengandung granula yang disebut hialomer. Di masa lalu orang sering menyebut keping-keping darah sebagai trombosit . Namuin sekarang ini nama ini sudah jarang dipakai orang karena tidak sesuai dengan kenyataan bahwa bentukan-bentukan ini bukanlah sel.  
            Keping-keping darah memegang peran dalam proses pembekuan darah. Selain itu mereka dapat mengumpulkan dan mengangkut beberapa bahan penting misalnya epineprin dan serotonin yang merupakan vasokonstriktor. Keping-keping darah dapat memfagositosis virus, bakteri, dan partikel -partikel kecil lain.  
10.3  Fungsi Darah
            Darah sangat penting untuk memelihara homeostasis yang normal yaitu suatu keadaan keseimbangan fisiologis di dalam organisme. Banyak fungsi darah yang berhubungan dengan plasma darah tetapi mfungsi-fungsi tertentu secara langsung berhubungan dengan elemen-elemen yang berbentuk .
            Plasma adalah cairan yang membawa semua bahan-bahan nutritif. Di daloam terdapat substansi-substansi nutritif yang berasal dari sistem pencernaan, zat-zat yang tak berguna yang dihasilkan dalam jaringan dan hormon-hormon. pLama merupakan merupakan 55% dari unsur darah yang merupakan cairan homogen agak alkali. Selain mengandung bahan-bahan yang disebutkan di atas plasma mengandung gas yang terlarut, garam anorganik, protein, karbohidrat, lipid dan beberapa substansi organik lain. Partikel-partikel yang larut dalam plasma dap[at diperlihatkan dengan mikroskop fase kontras dan mikroskop medan gelap. Partikel-partikel itu adalah kilomikron yaitu globul-globul lemak yang sangat kecil yang akan bertambah jumlahnya setelah makanan berlemak.  Waktu aliran darah terhenti atau darah berkontak dengan udara salah satu globulin plasma (fibrinogen) mengendap sebagai jala-jala filamen halus disebut fibrin. Pengerutan bekuan darah atau plasma (sineresis) menghasilkan cairan jernih kekuningan yaitu serum.
            Eritrosit berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida, fungsi ini berkaitan dengan fungsi haemoglobin. Haemoglobin terdiri atas suatu protein yaitu globin yang mempunyai berat molekul sekitar 64500 dibentuk dari 4 rantai polipeptida, tiap rantai terdiri dari 4 bagian heme yang mengandung besi. Di dalam eritrosit konsentrasi hemoglobine sangat tinggi, hemoglobin menyusun kurang lebih 33 %b berat eritrosit. Sesudah jangka waktu mendekati 120 hari eritrosit  yang telah berubah bentuk dikeluarkan dari sistem sirkulasi kemudian dihancurkan.
            Bentuk bikonkaf eritrosit adalah sangat penting agar agar eritrosit dapat berubah bentuk dalam perjalanannya melalui kapiler- kapiler yang bergaris tengah lebih kecil daripada eritrosit sendiri. Pada penyakit herediter yang disebut sickle cell anemia terdapat eritrosit yang berbentuk seperti bulan sabit. Bentuk seperti ini lebih kaku dan rapuh yang mempermudah hemolisa dan menyumbat pembuluh-pembuluh darah kecil.
            Fungsi keping darah membantu hemastasis (haima = darah, statis = suatu penghentian) yaitu menghentikan perdarahan. Pembuluh darah yang terpotong atau karena kerusakan lainnya akan segera berkontraksi dengan mulai mengurangi kehilangan darah. Vasokontriksi ini cukup untuk menutup lumen arteri kecil. Hal ini mungkin disebabkan karena pelepasan serotonin dan vasokonstriktor lainnya dari keping-keping darah yang melekat pada dinding pembuluh darah yang rusak. Keping-keping darah akan mencoba menyumbat cacat atau lubang pada dinding pembuluh darah dengan cara membentuk trombus keping darah juga disebut sumbat hemostatik sementara. Ketika keping-keping darah bersentuhan dengan serat-serat kolagen dinding pembuluh darah , keping-keping pembuluh darah akan membengkakdan bentuknya menjadi sangat tidak teratur dengan beberapa pseudopodia yang halus. Seiring dengan kejadian ini keping darah menjadi lebih lengket hingga melekat pada serat kolagen dinding pembuluh darah. Selain itu keping-keping darah tersebut mengaktifkan keping-keping darah lain disekitarnya dengan sekresi ADP. yang kemudian melekat pada keping-keping darah yang telah di aktifkan sebelumnya. Proses ini menjurus pada pembentukan trombus keping darah yang merupakan suatu sumbat yang longgar yang tersusun dari gumpalan-gumpalan keping darah. Gumpalan-gumpalan ini sanggup menghentikan perdarahan bilamana kerusakannya hanya kecil. Cacat atau kerusakan kecil pada endotelium selalu terbentuk dalam jumlah banyak pada pembuluh-pembuluh darah kecil dan pembentukan sumbat keping darah sangat penting untuk perbaikan segera kerusakan ini.
            Jika kita perhatikan suatu cacat yang besar pada dinding pembuluh darah, maka akan terjadi bentukan pembekuan darah. Substansi aktif akan dilepaskan dari dinding pembuluh darah yang rusak, demikian juga dari keping-keping darah sendiri sehingga mengakibatkan protein plasma protombin menjadi trombin. Trombin adalah suatu enzim yang mengkatalisasi fibrinogen, suatu protein plasma yang larut menjadi fibrin yang tidak larut. Dalam beberapa detik fibrin berpolimerisasi menjadi suatu jala-jala yang tersusun dari benang-benang fibrin yang panjang yang berjalan ke segala arah. Jala ini menangkap elemen darah yang berbentuk dan terbentuklah suatu bekuan. Benang-benang fibrin dalam bekuan akan melekat pada permukaan pembuluh darah yang rusak, dengan demikian bekuan akan menutup cacat tersebut dan mencegah kehilangan banyak darah. Selama proses pembekuan keping-keping darah berubah bentuknya dengan cara yang sama seperti pembentukan trombus keping darah, yaitu keping darah bentuknya menjadi tak teratur dengan pseudopodia halus ke segala arah. Pada saat yang bersamaan muncul sejumlah besar filamen dalam sitoplasma yang menyusun suatu materi kontraktil yang terdiri atas suatu kompleks aktin-miosin. Hanya beberapa menit setel;ah terbentuknya bekuan, bekuan mengalami retraksi yang disebut retraksi bekuan (retractio = menarik kembali) bekuan ini menginduksi retraksi yang berikutnya dalam pembuluh darah, jadi kemungkinan besar bekuan ini membantu hemostasis.
            Retraksi bekuan mengandung keping darah dan fibrin dan kemungkinan  mekanismenya adalah keping darah saling melekat mengerut bersamaan dengan mengerutnya benang-benang fibrin, yang merupakan tempat melekatnya keping-keping darah. Dalam waktu 30 sampai 60 menit sebagian besar cairan diperas keluar dari bekuan dan cairan yang keluar ini disebut serum. serum berbeda dari plasma karena tidak mengandung serta sebagian besar faktor-faktor pembekuan dan karena itu tidak dapat berkoagulasi. Pada beberapa kejadian pembentukan trombus dan bekuan terjadi pada dinding pembuluh yang telah mengalami perubahan sebagai contoh pada dinding arteri koronaria yang mengalami perubnahn secara patologik yang mungkin nantinya menjadi trombus koroner.
            Lekosit terutama granulosit netrofil memainkan peranan utama dalam proses inflamasi. Inflamasi adalah reaksi lokal terhadap kerusakan pada organisme. Meskipun reaksi inflamasi adalah fenomena jaringan penyambiung tetapi granula netrofil memainkan peranan penting. Jika tubuh diserang mikroorganisme maka dicetuskan serangkaian reaksi. Luka jaringan menyebabkan pelepasan histamin dari sel - sel  mast yang mempengaruhi pembuluh-pembuluh mikro (arteiol, venule, kapiler), ditempat itu berdilatasi dan permeabilitasnya meningkat. Meningkatnya aliran darah menjadikan tempat itu menjadi panas dan permeabilitas yang meningkat memungkinkan plasma merembes keluar jaringan penyambung. Jaringan penyambung membengkak, dengan demikian terbentuk edema peradangan. Jumlah cairan yang meningkat menyebabkan tekanan pada ujung-ujung saraf setempat yang sensitif, yang mungkin berperan untuk nyeri setempat. Namun nyeri dapat juga di sebabkan efek metabolit-metabolit lokal yang dibentuk selama reaksi peradangan. Selain sel mast, jaringan penyambung lainnya yang berdekatan menjadi tertarik, terutama makrofag dan sejumlah besar granulosit netrofil menyerbu daerah tersebut dengan cara bermigrasi menembus dinding kapiler dan venula pasca kapiler, tergantung pada keganasan bakteri dan ketahanan organisme yang bersangkutan. Berangsur-angsur bakteri dikalahkan secara fagositosis tetapi sesudahnya granulosit netrofil sendiri mati. Pus adalah akumulasi lekosit yang mati dan granulosit netrofil; yang bercampur dengan jaringan nekrotik. Gejala klinis peradangan adalah tumor (pembengkakan), rubor (kemerahan), dolor (nyeri) dan kalor (hangat) mudah dijelaskan dengan pengetahuan alami peradangan. Pada fase lanjut dari peradangan, makrofag dengan cara fagositosis menghilangkan sisa -sisa sel dan substansi lain yang tertinggal. Sel-sel makrofag kebanyakan berasal dari monosit yang setelah meninggalkan aliran darah, mengalami perubahan menjadi makrofag di daerah peradangan. Setelah bakteri difagosit granula netrofil, sebagian bakteri dihancurkan oleh sistem pencernaan lisosome. yang amat penting adalah sistem peleburan fagosome  dengan granula sekunder B yang kaya akan fosfatase alkali dan lisozim. Lisozim adalah bakterisid yang kuat (menyebabkan kematian bakteri) sebab lisozim memecahkan dinding sel bakteri. Granulosit netrofil juga mengandung substansi lain dengan aktifitas anti mikroba.
            Seperti kita ketahui, granulosit netrofil sangat efektif dalam mempertahankan tubuh terhadap serbuan bakteri.Granulosit netrofil yang matidigantikan dengan mudah dengan memobilisasi sel-sel yang hampir dewasa dan sel yang dewasa dari cadangan besar dari sumsum tulang. Granulosit netrofil membentuk sistem mikrofag. Granulosit ini berbeda dari makrofag  karena tidak mempunyai kemampuan membentuk lagi lisosomnya dalam kaitannya dengan fagositosis dan hidupnya hanya sekitar satu minggu.
            Granulosit basofil mengandung anti koagulasi heparin dan juga histamin yang mempunyai efek vasodilatasi yang kuat. Sebagai tambahan granulosit basifil juga mengandung substansi alergi yang bereaksi lambat (slow reacting subtance of allergy = SRS-A) yang ternyata terdiri atas campuran atas 3 substansi yang disebut lekotrin (Lekotrin C4, D4 dan E4). Ini adalah asam-asam lemak yang dirangkaikan oleh satu atom sulfur  pada satu asam amino atau lebih. Substansi ini menyebabkan vasodilatasdi dan kontraksi berkepanjangan otot polos jenis tertentu, misalnya pada bronkus. Mungkin lekosit basofil melepaskan isi granulanya  sebagai reaksi terhadap beberapa rangsang yang berbeda. Yang sangat penting adalah granulosit basofil dan sel mast mampu mengikat imunoglobulin   E (Ig E). pada permukaannya.
            Fungsi granulosit eosinofil tidak banyak diketahui. Granulosit eosinofil dapat bergerak aktif dan sedikit fagositik, jadi mungkin hanya berperan sedikit dalm sistem pertahanan terhadap infeksi mikroorganisme. Granulosit eosinofil  tertarik oleh kompleks antigen antibodi yang difagositnya. Ikatan antigen ke antibodi dapat mencetuskan reaksi berantai dengan efek jangkauan yang jauh, misalnya suatu reaksi peradangan. Adalah mungkin bahwa granulosit eosinofil dengan fagositosis dan kompleks antigen antibodi yang tidak aktif menekan reaksi ini, khususnya dalam reaksi-reaksi alergi. Jadi tampak penimbunan granulosit eosinofil yang khas dalam reaksi-reaksi alergi. Jadi tampak penimbunan granulosit eosinofil yang khas dalam reaksi-reaksi alergi, misalnya dal;am sekret hidung.
            Limposit memainkan peranan dasar reaksi imunologi. Tubuh secara terus menerus dihadapkan pada kemungkinan masuknya mikroorganisme bakteri yang berbahaya, virus, protozoa dan lain-lain. Untuk mempertahankan ancaman ini  tercakup beberapa mkekanisme pertahanan yang secara bersama-sama diberikan pada individu dengan pertahanan tertentu yang disebut imunitas. Beberapa mekanisme pertahanan meliputi :
1. Imunitas bawaan :  mencakup fenomena yang lebih umum seperti fagositosis, kulit yang secara spesifik tidak permiabel, sekresi asam hidroklorida yang kuat dalam lambung. Semua mekanisme ini adalah tidak spesifik yaitu reaksi ini berhadapan langsung terhadap berbagai jenis mikroorganisme yang masuk.
2. Imunitas spesifik atau imunitas yang didapat : Imunitas ini mencakup pembentukan antibodi dan limposit yang peka yang menyerang dan menghancurkan pendatang spesifik tertentu. Imunitas spesifik ini diketahui dengan adanya fenomena bahwa  individu dapat bertahan terhadap suatu serangan penyakit infeksi tertentu, sedangkan kerentanan terhadap penyakit infeksi lain tetap tak berubah. Pengetahuan ini dipergunakan dalam vaksinasi dimana varian yang tidak berbahaya dari suatu organisme patogen atau suatu toksin yang telah dimodifikasi dimasukkan ke dalam tubuh dengan akibat berkembangnya suatu imunitas spesifik sehingga tetap hidup dari serangan penyakit itu.  Dalam hal ini dikenal pula imunitas aktif dan imunitas pasif.
1. Imunitas aktif : Jika individu menjadi kebal setelah suatu infeksi alamiah atau setelah vaksinasi.
2. Imunitas pasif : Jika ketahanan spesifik terhadap infeksi telah didapat melalui suntikan serum atau limfosit yang telah peka dari individu yang telah diimunisasi secara aktif.
            Dua hal yang sangat berkaitanm tetapi secara dasar berbeda adanya jenis-jenis imunitas spesifik yaitu imunitas humoral dan imunitas seluler.
1. Imunitas humoral :  Organisme mengembangkan antibodi yang beredar yaitu globulin yang dapat berikatan secara spesifik dengan antigen yang bersangkutan.
2. Imunitas seluler : Dihasilkan sejumlah besar limfosit yang secara spesifik peka terhadap substansi asing, yang dapat dihancurkannya.
            Limfosit merupakan basis seluler dari imunitas seluler dan imunitas humoral. Pada manusia yang secara herediter tidak mempunyai jaringan limfoid , imunitas  spesifik tidak akan timbul dan individu demikian bila tidak diobati akan segera meninggal, setelah dilahirkan akibat infeksi yang sangat berat. Secara fungsional limposit dibagi menjadi limfosit T, dan limfosit B. Kedua limposit ini masing masing bertanggung jawab sebagai perantara imunitas seluler dan imunitas humoral. Kedua dari jenis limfosit ini  berasal dari stem sel dalam sumsum tulang.
            Limfosit T berasal dari sel stem atau limposit yang bersama aliran darah meninggalkan sumsum tulang dan dalam perjalanannya ke jaringan, tinggal beberapa saat dalam Thymus. Selama tinggal disini limfosit membelah dengan hebat, tetapi kebanyakan limfosit ini mati. Limfosit yang meninggalkan thymus dan kembali lagi ke aliran darah  telah mengalami suatu perubahan, artinya telah mampu bereaksi dengan antigen tertentu dengan perantaraan reseptor permukaan. Limfosit T tidak membentuk antibodi dan hakekat reseptor permukaan belum diketahui. Struktur reseptor mungkin mengandung berbagai rantai polipeptida yang mirip dengan ysng disebut rantai berat molekul antibodi karena reseptor ini agaknya bereaksi secara stereokimia dengan determinan antigen pada antigen spesifik dengan cara yang sama seperti pada reaksi antigen antibodi.
            Limfosit B juga berasal dari sel stem dalam sumsum tulang, tetapi berlainan dengan limfosit T, tempat dimana limfosit B mengalami perkembangan menjadi limfosit B yang bereaksi spesifi, pada mamalia tidak diketahui. Pada unggas perkembangan ini terjadi terjadi dalam organ yang disebut Bursa Fabricii (sebuah struktur seperti kantong yang buntu terletak di dinding kloaka). Mungkin organ yang ekwivalen pada mammalia digantikan oleh sumsum tulang, hal ini tidak mengharuskan untuk mengubah namanya. Pada limfosit B reseptor permukaan terdiri dari molekul antibodi yang disintesa oleh sel-sel ini. Sebaliknya, limfosit B tidak mensekresi antibodi, kecuali bila distimulasi oleh suatu antigen. Seperti halnya dengan limfosit T, reseptor permukaan pada limfosit tertentu hanya mampu bereaksi terhadap satu antigen tertentu.
            Limfosit kecil dalam darah dan jaringan terdiri atas campuran limfosit T dan limfosit B. Kebanyakan limfosit dalam darah adalah limfosit T (kurang lebih 80% pada manusia dewasa) dan mampu hidup untuk bertahun-tahun. Limfosit T menempati daerah-daerah tertentu dalam kelenjar limfe dan limpa dan terus menerus beredar kembali antara darah dan organ-organ ini. Demikian pula limposit B menempati daerah-daerah tertentu lainnya dalam kelenjar limfe dan limpa dan lebih sering menetap disitu. Beberapa diantaranya beredar kembali, karena paling sedikit 15 % dari limfosit kecil dalam darah manusia adalah limfosit B. Seperti limfosit T, Limfosit B umurnya panjang, kecuali bila mendapat rangsangan antigen. Diperkirakan bahwa limfosity T menyusun lebih dari 1/2 dari semua limfosit dalam organisme dan limfosit B kurang dari 1/2 jumlah limfosit T.             

10.4  Rentang Hidup Sel Darah dan Pemusnahannya
            Berbeda dengan sel lainnya, sel darah merah dan sel darah putih hanya dapat hidup untuk waktu yang relatif pendek. Jangka hidup eritrosit manusia hanya 120 hari. Makrofag -makrofag terutama dalam limpa dan hati menyingkirkan sebagian besar eritrosit tua dari peredaran darah. Setelah sel darah merah dirusak oleh sel fagosit, hemoglobin dipecah menjadi bagian yang mengandung besi (hem) dan bagian yang bebas besi (globin). Hem selanjutnya dipecah lagi menjadi besi yang dipakai kembali atau disimpan dan bilirubin yang diangkut ke hati dan dikeluarkan bersama empedu. Jangka hidup (life span) berbagai sel darah putih sukar ditentukan, karena sel-sel itu meninggalkan pembuluh darah dan masuk ke celah-celah jaringan, tetapi nampaknya cukup bervariasi. Ada bukti bahwa sel darah putih hanya berada dalam peredaran lebih kurang 24 jam. Namun banyak limposit yang kembali ke organ-organ limpoid, dan beredar kembali. Berapa lama sel darah putih tetap hidup setelah meninggalkan peredaran darah tidak diketahui. Granulosit nampaknya hidup dalam celah jaringan  hanya beberapa hari. Sel-sel tua dan yang mati diperkirakan disingkirkan oleh fagosit di dalam hati dan limpa, dan di dalam jaringan ikat setempat. Sel darah putih menghilang disebabkan oleh migrasi melalui epitel membran mukosa terutama ke dalam lumen sistem pencernaan dan pernafasan.
            Keping-keping darah dianggap dapat hidup selama  4-5  hari dalam peredaran darah. Keping darah diperkirakan disingkirkan dari peredaran darah melalui cara serupa dengan eritrosit, yaitu oleh aktifitas fagositik makrofag di dalam limfa dan hati.

3 komentar:

  1. Promo DonacoPoker Spesial Menyambut Lebaran

    Promo spesial untuk menyambut Bulan Puasa Donaco Poker memberikan promo spesial yang hanya untuk anda member-member setia kami dengan memberikan tambahan deposit sebesar 10+10%.
    Permainan di DonacoPoker
    - POKER
    - DOMINO
    - CEME
    - CEME KELILING
    - CAPSA
    - SUPER10
    - OMAHA
    Hubungi kami di :
    WHATSAPP : +6281333555662
    atau langsung di Livechat kami ya bosku. Terimakasih

    DAFTAR

    Judi Poker Online Terbaik

    BalasHapus
  2. Permainan yang tengah jadi pujaan sekarang ini ialah game bandarq. Game ini disukai sebab langkah bermainnya gampang dengan skema bermain yang berlainan, unik serta begitu mengasikkan. Dalam permainan bandarq ini pemain juga bisa jadi bandar serta ini merupakan pengembangan baru yang di kembangkan di game judi kartu online hingga berikut yang membuat game bandarq makin di favoritekan sekarang ini. Di permainan bandarQ ini siapa saja ( tiap-tiap pemain) dapat jadi Bandar dengan minimum syarat chips yang perlu di punya oleh pemain itu , bila pemain telah penuhi minimum chips itu , jadi saat duduk di meja , sebagai Bandar akan dengan automatis bergantian sesuai tempat duduk nya masing masing. Apabila anda tidak mempunyai minimum chips yang di tetapkan oleh agen itu. Jadi anda akan dengan automatis jadi seseorang pemain biasa, atau anda bisa menantang Bandar.

    Cara Agar Menang Besar Di Game BandarQ

    Untuk Info Selanjutnya di INDOKARTU

    Silahkan add kontak kami bosku ^^

    WA : 081333366766
    BBM : indkartu
    LINE : indokartu

    BalasHapus
  3. Ingin mencari Situs Bandar Judi Online Terpercaya dan Teraman?
    Sudah tidak perlu Anda ragukan lagi, segera bergabung bersama S128, Situs Bandar Judi Online Terpercaya dan Teraman !!
    Raih kemenangan Anda bersama kami hingga menjadi seorang JUTAWAN !!
    Minimal deposit hanya Rp 25.000,- Anda sudah bermain semua permainan disini.
    Disini juga menyediakan deposit via PULSA, OVO, dan GOPAY.
    Jadi, apa lagi yang ditunggu? Segera daftarkan diri Anda bersama kami.

    HOT PROMO BONUS yang tersedia :
    - BONUS NEW MEMBER 10%
    - BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
    - BONUS CASHBACK 10%
    - BONUS FREEBET 200rB
    - BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !! ( Sabung Ayam Online )

    Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami, melalui :
    - Livechat : S128Cash
    - WhatsApp : 081910053031

    Link Alternatif :
    - http://www.s128cash.org

    Ayam Sabung

    S128

    BalasHapus