DARAH
Darah
merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen berbentuk yaitu sel-sel darah, trombosit dan suatu substansi
interseluler cair, yaitu plasma darah. Volume darah pada manusia dewasa sehat
kurang lebih 5 liter, dan bila dibandingkan darah meliputi sekitar 8 persen
berat badan.
Gambar 10.1 . Gambar skematis hematokrit, setelah sentrifugasi darah
Untuk
melihat struktur sel-sel darah dengan menggunakan mikroskop cahaya, pada
umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak saja untuk
mempelajari bentuk masing-masing sel darah, tetapi dapat digunakan untuk
menghitung perbandingan antara masing-masing jenis sel darah.
Untuk
membuat sediaan apus darah diperlukan dua buah kaca sediaan yang sangat bersih,
terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca sediaan bertindak sebagai tempat
tetes darah yang hendak diperiksa dan yang lain bertindak sebagai alat untuk
meratakan tetes darah agar didapatkan lapisan tipis darah (kaca perata).
Gambar 10.2 Cara membuat sediaan apus darah
A. Setetes darah
diletakkan pada kaca sediaan, gelas
sediaan kedua diletakkan pada sisi pendek dengan sudut 450
B. Apabila tetes darah
tersentuh oleh sisi kaca maka akan menyebar sepanjang sisi
C. Dengan gerakan
horisontal dengan kemiringan tetap, kaca sediaan akan meratakan darah sebagai
film tipis pada permukaan kaca
D. Hasil sediaan yang siap
diwarnai
Darah
dapat diperoleh dari tusukan jarum pada ujung jari. Sebaiknya tetesan darah
pertama dibersihkan agar diperoleh hasil yang memuaskan. Tetesan yang kadua
diletakkan pada daerah ujung kaca sediaan yang bersih. Salah satu ujung sisi
pendek kaca perata diletakkan miring dengan sudut kira-kira 450,
tepat di depan tetes darah sehingga menyentuhnya. Sudut antara kedua kaca
tersebut sangat mempengaruhi hasil sediaan. Setelah tetes darah menyebar
sepanjang sisi pendek kaca perata, maka
dengan mempertahankan sudutnya, kaca perata digerakkan secara cepat sehingga
terbentuklah selapis tipis darah di atas kaca sediaan.
Setelah
sediaan darah dikeringkan pada suhu kamar, barulah dilakukan pewarnaan sesudah
difiksasi menurut metoda yang dipilih. pada masa ini sering digunakan pewarnaan
metoda giemsa dan wright yang merupakan modifikasi metoda romanowsky.
Pada dasarnya bahan pewarna selalu
terdiri atas zat warna basa dan zat warna asam. cara-cara pewarnaan dapat
dipelajari pada buku teknik perwanaan.
10.1
Plasma Darah
Plasma
merupakan suat larutan berwarna kuning yang mengandung plasma protein, garam
anorganik serta bahan-bahan organik seperti asam-asam amino, vitamin, hormon,
lipid dan sebagainya. Melalui dinding-dinding kapiler plasma berada dalam
keseimbangan dengan cairan tubuh.
Fungsi
plasma adalah sebagai pengangkut metabolit, juga sisa-sisa hasil metabolisme. Hormonpun
dapat diangkut di dalam plasma, sedangkan CO2 diangkut sebagai
larutan di dalam plasma dalam bentuk CO2 atau HCO3. Di
samping itu plasma juga ikut di daloam soal pengaturan distribusi panas,
kesembangan asam basa maupun osmotik.
10. 2
Elemen-Elemen Berbentuk Dari Darah
Sel-sel
darah yaitu eritrosit, lekosit dan keping-keping darah disebut sebagai elemen-elemen
berbentuk dari darah atau unsur-unsur berbentuk. Eritosit dan
keping-keping darah berfungsi khusus dalam aliran darah, yaitu di dalam sistem pembuluh darah. Sebaliknya leukosit hanya
sementara terdapat di dalam darah, sebab leukosit meninggalkan aliran darah
melalui dinding kapiler darah dan venule.
Kemudian leukosit menetap di jaringan penyambung atau jaringan limpoid.
Pemberian
nama “eritrosit” ini mungkin masih dalam perdebatan. Sebab ternyata
sel-sel darah merah ini tidak mempunyai
inti. Sedangkan keping-keping darah bukanlah sel-sel yang sebenarnya pada
vertebrata tinggi sebab keping-keping darah juga tidak berinti. Pada reptil dan
ampibi terdapat sel-sel berinti yang sesuai dengan keping-keping darah disebut
trombosit.Sebaliknya leukosit merupakan sel-sel dalam arti yang sebenarnya
sebab mempunyai inti.
Leukosit
ada lima macam. Klasifikasi ini berdasarkan ada tidaknya granula khas dalam
sitoplasma. Dengan demikian ada leukosit granuler dan leukosit
agranuler. Leukosit yang bergranula dibagi lagi menjadi tiga macam
tergantung dari pewarnaan granulanya yaitu menjadi granulosit netrofilik,
granulosit eosinofilik dan granulosit basofilik. Lekosit yang tidak
bergranula terbagi atas limposit dan monosit. Limposit sering
terbagi menjadi limposit mononuklear dan limposit polimorfonuklear atas dasar
bentuk intinya. Jumlah eritosit yang beredar dalam darah kurang lebih lima juta
per mikroliter, keping darah kurang lebih 300.000 permikroliter dan lekosit
kurang lebih 7000 permikroliter.
1. Eritrosit
Eritosit atau sel darah
merah pada mamalia tidak berinti.
Sedangkan eritrosit pada burung berinti. Pada manusia berbentuk cakram bikonkaf
berdiameter 7,2 mikron. Bentuk ini mengakibatkan eritrosit mempunyai permukaan
yang luas yaitu 25% lebih luas daripada
jika ia berbentuk bola. Hal ini akan memperlancar pertukaran gas, yang terjadi
pada permukaan sel. Gas-gas yang diangkut oleh eritrosit ialah O2 dan CO2 yang diikat oleh
hemoglobin.
Eritrosit
bersifat lunak, yang memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan bentuk kapiler
yang kadang-kadang tidak teratur, maupun lumennya yang sempit. Ia dapat
mengubah dirinya dengan mudah.Bila melalui liku-liku percabangan kapiler.
Selain itu karena eritrosit bukan suatu bentukan yang kaku, maka viskositas
darah tetap rendah.
Eritrosit-eritrosit
yang baru dilepaskan ke dalam aliran darah oleh sumsum tulang mengandung ribosomal RNA yang dapat dicat dengan
supravital, sehingga menunjukkan struktur mirip jala. Sel-sel ini disebut retikulosit.
Dari seluruh jumlah eritrosit yang beredar 1% nya adalah retikulosit. Hal ini
adalah merupakan jumlah eritrosit yang setiap harinya diganti oleh sumsum tulang.
Umur
eritrosit di dalam sirkulasi pada manusia kira-kira 120 hari. Eritosit yang
sudah rusak dikeluarkan dari sirkulasi oleh sel-sel dari sistem makrofag tubuh,
misalnya di limpa.
Variasi Bentuk Eritrosit :
1. Rulo (Rouleaux)
Bila eritrosit tidak beredar maka
eritrosit mudah berkelompok dalam bentuk tumpukan yang disebut Rouleaux. karena
perlekatan antara permukaan yang luas. Begitu juga bila darah dibiarkan
sejenak, maka oleh daya tarik permukaan, eritrosit-eritrosit mempunyai
kecenderungan saling menempel, sehingga menyerupai tumpukan uang logam (stack
of coins) yang dalam bahasa perancis disebut sebagai rouleaux. Kecenderungan
meningkatnya pembentukan rulo secara klinis tampak sebagai pembentukan laju
endapan darah.
Gambar 10.3 : Rouleaux
2. Krenasi (crenation)
Bila
eritrosit berada dalam larutan yang hipertonik. maka cairan keluar dari
eritrosit ke dalam larutan sekitarnya. Ini mengakibatkan pengerutan eritrosit,
sehingga permukaannya tidak rata lagi tetapi tampak seperti berduri.
Gambar10.4 Krenasi
3.
Sel Hantu (Ghost Cell )
Sebaliknya
bila eritrosit terdapat dalam larutan yang hipotonik maka cairan justru masuk
ke dalam eritrosit. Hal ini menyebabkan eritrosit kehilangan bentuk cakramnya
dan menjadi seperti bola. Selanjutnya selaputnya tak dapat lagi mempertahankan
haemoglobin, yang lalu keluar ke dalam cairan di sekitarnya. Selaputnya
tertinggal sebagai selongsong kosong yang bentuknya tidak keruan dan ini
disebut sebagai sel hantu (ghost cell
).
Gambar 10. 5 Ghost Cell
2. Leukosit
Seperti juga sel-sel darah
merah, sel-sel darah putih atau leukosit beredar di dalam aliran darah. Namun
berbeda dari eritrosit yang melakukan tugasnya di dalam aliran darah leukosit
melaksanakan pekerjaannya di dalam jaringan-jaringan tubuh. Dengan cara
diapedisis dia meninggalkan pembuluh-pembuluh darah yang kecil-kecil, menembus
dindingnya melalui celah-celah sempit antara sel-sel endotel dan masuk ke dalam
jaringan-jaringan. Leukosit memegang peranan dalam pertahanan-pertahanan
seluler maupun humoral terhadap benda-benda asing, hidup maupun mati. Bentuknya
seperti bola, bila dalam darah beredar, tetapi dapat seperti amoeboid, bila
bertemu dalam barang padatBerdasarkan bintik-bintik yang dapat kita jumpai
dalam sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
granulosit dan kelompok agranulosit.
1.
Kelompok Granulosit
Granulosit
adalah sel darah putih yang di dalam sitoplasma mengandung granula-granula yang
spesifik disamping juga mengandung granula yang tidak spesifik (granula
azurofilik). Berdasarkan granula spesifiknya leukosit dapat dikategorikan ke
dalam Neutrofil, Eosinofil dan Basofil. Berdasarkan intinya granulosit
ada yang disebut Band, Stab atau Segmen. Kita menyebut
suatu granulosit sebagai sel Band bila intinya seperti sabuk, tongkat lurus.
Kita menyebut suatu granulosit sebagai sel
Stab bila intinya seperti tongkat bengkok, dimana kita dapat
melihat kaki-kaki yang sejajar, misalnya seperti huruf U, C atau S. Sel stab
ini bila menjadi lebih tua intinya akan menjadi lebih sempit pada tempat-tempat
tertentu, dan bagian yang telah menjadi sempit itu disebut filamen. Bila
filamen ini telah menjadi demikian sempitnya, sehingga kurang dari 1/3 tebal
seluruhnya (tebal bagian inti yang tidak menyempit) maka selnya disebut Segmen.
Makin tua selnya mekin banyak pula segmennya.
a. Neutrofil
Kira-kira
70% dari leukosit yang beredar terdiri dari netrofil. 20% stab/band netrofil
dan 50% segmen netrofil. Granula spesifik dari netrofil pada sediaan hanya
tampak merah pucat saja, bahkan seringkali sedemikian pucatnya sehingga sukar
dibedakan dari sitoplasmanya. Diameternya kurang lebih 12 mikron. intinya dapat
terlihat sebagai stab/band atau segmen. Setelah terjadi segmentasi pada
intinya, neutrofil sudah sampai pada akhir masa defferensiasinya. Sel ini
merupakan sel terminal. Sekali ia melaksanakan tugas fagositiknya, ia tidak
dapat mengganti protein yang terpakai maka selanjutnya ia akan mati.
Neutrofil
merupakan garis pertahanan pertama terhadap serbuan mikroorganisma. Mereka
merupakan fagosit-fagosit yang aktif. Dalam peredarannya sel-sel ini non aktif
dan berbentuk bola, tetapi begitu mereka menyentuh sesuatu yang padat, mereka
mengubah bentuknya dan mulai mengeluarkan pseudopodia dan berusaha merangkulnya.
Begitu mendapat dasar pegangan granulosit mengalami ekspansi mengeluarkan
tonjolan-tonjolan sitoplasma ke berbagai arah yang berubah menjadi daerah tepi
yang disebut hyaloplasma yaitu sitoplasma tanpa granula. Diameternya
dapat mencapai 20 mikron. Granulositnya sendiri tidak menempelkan diri langsung
pada substrat yang padat tadi tetapi mengambang diatasnya dan menyentuhnya
dengan tonjolan-tonjolan hyaloplasma. Partikel yang akan difagositosis oleh
netrofil dilingkari dengan pseudopodia dan menjadi satu di sekelilingnya.
Dengan demikian partikelnya itu akhirnya terdapat di dalam suatu vakuol yang
disebut fagosom dibatasi oleh suatu membran yang berasal dari permukaan
sel dan berisikan cairan ekstraseluler beserta isinya. Segera sesudah itu
granula azurofilik maupun spesifik mempersatukan membran mereka dengan membran
fagosom, lalu menuangkan isinya ke dalamnya. Dengan demikian sitoplasma tidak
sampai tersentuh oleh enzim-enzim yang ada di dalam granula. Dalam proses ini
terjadi pemakaian granula sehingga mengurangi jumlahnya pada sel itu. Granula
spesifik mengandung enzim-enzim yang dapat merusak dan menghancurkan dinding
sel bakteri.
b. Eosinofil
Eosinofil
merupakan 1-4% dari lekosit di dalam darah. Diameternya 12-17 mikron. Inti pada
umumnya bersegmen dua. Granulanya
bersifat acidofilik, berbentuk bola yang sama besarnya dan tersebar merata di
seluruh sitoplasma. Eosinofil dapat
mengadakan pergerakan amoeboid dan mampu berfagositosis. Fagositosisnya lebih
lambat daripada neutrofil tetapi lebih selektif. Proses fagositosisnya sama
dengan neutrofil. Pada keadaan allergi jumlah eosinofil meningkat.
c. Basofil
Hanya
0 - 0,5% dari leukosit merupakan basofil sehingga biasanya sukar sekali untuk
menjumpai sel ini pada sediaan hapusan darah. Diameternya kira-kira 12 mikron.
intinya besar berbengkok-bengkok tidak teratur biasanya seperti huruf S.
granulanya paling besar dan sering menutupi nukleusnya. Besar dan bentuknya
tidak sama. jumlahnya pun tidak sebanyak granula eosinofil sehingga tidak padat
penuh di dalam sitoplasma.
Granula
basofil mempunyai kemampuan metakhromasi. Dengan pengecatan wright, pada Ph
tinggi suasana alkalik ia menjadi ungu tua. Tetapi pada Ph rendah suasana asam
dengan cat yang sama ia akan menjadi merah. Bahan-bahan yang dikandung granula
basofil adalah : histamin, zat yang dapat menimbulkan keadaan allergi
dan heparin pencegah pembekuan darah.
Walau
tidak sangat aktif, basofil dapat juga bergerak amoeboid dan berfagositosis.
Melihat aktifitasnya yang rendah, mungkin basofil hanya melepaskan granulanya
sebagai jawaban atas antigen-antigen tertentu, seperti halnya dengan mast sel
(salah satu unsur seluler pada jaringan ikat), tetapi hal ini belum terbukti
benar. W#alaupun banyak persamaan, mast sel bukanlah basofil sebab ultrastrukturnya
berlainan.
2. Kelompok Agranulosit
Agranulosit
adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak mengandung granula spesifik tetapi
dapat mengandung granula azurofilik (granula yang tidak spesifik). Perbedaan antara granula spesifik dan granula
tidak spesifik adalah sebagai berikut :
GRANULA SPESIFIK
|
GRANULA AZUROFILIK
(Granula tidak spesifik)
|
- Bintiknya lebih kecil
- Timbul sesudah stadium
sesudah promyelosit, yaitu stadium myelosit, jumlah serta kemampuan menyerap
warna dipertahankan terus sampai matang
|
- Bintiknya besar.
- Dengan pengecatan
wright menjadi ungu kemerahan.
- Timbul dalam stadium,
dimana dalam sumsum tulang granulosit masih disebut sebagai promyelosit,
jumlahnya makin tua makin berkurang. Pada stadium matang masih ada, tetapi
tidak menyerap warna lagi sehingga tidak tampak.
|
a. Lymposit
20%-40% dari leukosit yang terdapat
di dalam darah terdiri dari limposit. Bentuknya seperti bola, berdiameter 6-8
mikron disebut limposit kecil. Disamping limposit kecil terdapat pula limposit
sedang yang diameternya kira-kira 12 mikron, namun jumlahnya tidak banyak.
Sedangkan limposit yang besar yang berdiameter di atas 12 mikron hanya terdapat
di dalam jaringan-jaringan limpoid.
Inti
limposit berbentuk bola dan mengandung kromatin yang membentuk
gumpalan-gumpalan kasar sehingga tampak gelap. Sitoplasmanya hanya sedikit agak
basofilik berwarna biru muda granula yang dapat dijumpai dalam sitoplasmanya
adalah azurofilik. Inipun kalau ada. Limposit mempunyai fungsi immunologik.
jenis maupun letak imun berbeda-bead. umurnyapun juga berbeda-beda ada yang
hanya beberapa hari saja dan ada pula yang sampai beberapa tahun.
Limposit-limposit tertentu dapat berubah dari satu jenis ke jenis yang lain,
sementara limposit-limposit yang lainnya tidak dapat. Ada yang mempunyai
reseptor-reseptor spesifik pada membrannya namun adapula yang tidak.
Pada
limposit sel-sel pendahulunya dapat dibentuk di dalam sumsum tulang. Di luar
sumsum, tulang berkembang menjadi sel-sel imunokompeten. Pada burung misalnya
limposit ini terjadi di dua tempat misalnya :
1. Di dalam Bursa
fabricius, suatu massa jaringan limpoid di dalam cloaca burung. Di sini sel-sel
yang belum terdeferensiasi (undefferentiated cell) yang berasal dari sumsum
tulang tadi dipengaruhi untuk menjadi serl pendahulu (progenitor sel) limposit,
yang diperlukan untuk pembentukan plasmosit (plasma sel) yang memproduksi
antibodi (immunoglobulin) terhadap antigen-antigen spesifik. mereka terlibat
dalam imunitas humoral tubuh. Limposit ini dikenal sebagai limposit B (Bursa
dependent) limposit. Pada manusia Bursa fabricius tidak ada tetapi deferensiasi
menjadi sel-serl B dapat terjadi di daerah Bursa iquivalent yaitu daerah-daerah
gastrointestinal.
2. Di dalam Thymus,
sel-sel yang belum berdefferensiasi yang berasal dari sumsum tulang dipengaruhi
menjadi sel-sel pendahulu dari limposit yang terlibat dalam imunitas seluler
tubuh. Limposit ini disebut limposit T (Thymus dependent )limposit.
Kedua
organ itu disebut organ limpoid pusat dan dari sini sel-sel yang telah
berdeferensiasi menyebar ke daerah-daerah lain dalam tubuh dimana terdapat
jaringan limpoid.
Bila
bersentuhan dengan sesuatu antigen. B limposit berubah menjadi plasmosit yang
membuat antibodi yang dikeluarkan ke dalam darah, cairan interseluler maupun
cairan limpe. Namun di dalam darah kebanyakan limposit adalah dari jenis
limposit T dan merupakan pembangkit dari reaksi-reaksi immun yang tidak
tergantung dari antibodi yang beredar bebas. Contohnya adalah graft-rejection
atau penolakan terhadap sesuatu pencangkokan. Dalam reaksi immun jenis ini T
limposit memproduksi faktor-faktor yang tetap melekat pada permukaannya. Dengan
demikian reaksi ini hanya terjadi bila limpositnya sendiri hadir di situ untuk
mengeluarkan faktor-faktor tadi disekitarnya.
Ada
limposit yang dapat berfungsi sebagai sel pengingat (memory cell). Ini adalah
limposit yang terpengaruh oleh antigen, tetapi tidak berdefferensiasi menjadi
plasmosit. Bila kelak kelak mereka bertemu lagi dengan antigen yang sama mereka
cepat-cepat bermitosis beberapa kali dan menjadi plasmosit yang membuat
antibodi terhadap antigen itu. Hal ini menjelaskan mengapa suntikan kedua dari
sesuatu antigen diikuti oleh produksi antibodi yang lebih banyak dan lebih
cepat dari pada suntikan produksi antibodi padfa suntikan pertama.
Gambar 10.6 Siklus Hidup limfosit (skematis)
b. Monosit
Monosit
merupakan sel darah yang terbesar, ukurannya 12-15 mikron, bahkan dapat
mencapai 20 mikron. Jumlahnya 2-8 % dari seluruh leukosit yang beredar di dalam
darah. Bentuk intinya biasanya seperti ladam kuda atau seperti ginjal.
Kromatinnya lebih kendor atau lebih halus daripada limposit. Dengan demikian
intinya tampak lebih pucat. Di dalam sitoplasma tidak dijumpai granula spesifik
tetapi biasanya dijumpai granula azurofilik.
Monosit biasanya diketemukan di dalam
darah, jaringan ikat, dan lain-lain jaringan maupun rongga-rongga tubuh.Ia
termasuk di dalam RES (Reticulo Endothelial System) dan dapat berfagositasis.
Tempat asalnya adalah sumsum tulang dan ia diangkut di dalam tubuh melalui
aliran darah melalui aliran darah.Sesudah menyeberangi dinding kapiler dan
masuk ke dalam jaringan ikat ia berubah menjadi sel fagosit dari sistem
makrofagnya. Monosit beredar di dalam darah selama beberapa hari, lalu
meninggalkannya. Sekali ia masuk ke daloam jaringan biasanya ia tidak akan
masuk kembali ke dalam sistem sirkulasi. Di dalam jaringan ia bekerja sama
dengan limposit dalam sistem pertahanan
immun.
3. Keping-Keping darah
Keping-keping
darah atau platellets adalah fragmen-fragmen kecil sitoplasma ( 2 - 5
mikron) yang mempunyai selaput sel yang lengkap dan mengandung beberapa granula
ungu. Jumlahnya 150-300 ribu / mm3.
Ia berasal dari sumsum tulang dan merupakan fragmen-fragmen sitoplasma dari
sel-sel besar yang disebut metamegakariosit.
Keping
darah merupakan bangunan berbentuk pipih yang panjangnya sekitar 3 mikrometer.
Keping darah sering membentuk kelompokan kecil, tetapi dapat juga membentuk
massa yang lebih besar. Keping darah mempunyai zona sentral yang disebut
granulomer yang membentuk granula ungu sampai biru. Granulomer dikelilingi oleh
zona yang lebih terang yang tidak mengandung granula yang disebut hialomer. Di
masa lalu orang sering menyebut keping-keping darah sebagai trombosit .
Namuin sekarang ini nama ini sudah jarang dipakai orang karena tidak sesuai
dengan kenyataan bahwa bentukan-bentukan ini bukanlah sel.
Keping-keping
darah memegang peran dalam proses pembekuan darah. Selain itu mereka dapat
mengumpulkan dan mengangkut beberapa bahan penting misalnya epineprin dan
serotonin yang merupakan vasokonstriktor. Keping-keping darah dapat memfagositosis
virus, bakteri, dan partikel -partikel kecil lain.
10.3
Fungsi Darah
Darah
sangat penting untuk memelihara homeostasis yang normal yaitu suatu keadaan
keseimbangan fisiologis di dalam organisme. Banyak fungsi darah yang
berhubungan dengan plasma darah tetapi mfungsi-fungsi tertentu secara langsung
berhubungan dengan elemen-elemen yang berbentuk .
Plasma
adalah cairan yang membawa semua bahan-bahan nutritif. Di daloam terdapat
substansi-substansi nutritif yang berasal dari sistem pencernaan, zat-zat yang
tak berguna yang dihasilkan dalam jaringan dan hormon-hormon. pLama merupakan
merupakan 55% dari unsur darah yang merupakan cairan homogen agak alkali.
Selain mengandung bahan-bahan yang disebutkan di atas plasma mengandung gas
yang terlarut, garam anorganik, protein, karbohidrat, lipid dan beberapa
substansi organik lain. Partikel-partikel yang larut dalam plasma dap[at
diperlihatkan dengan mikroskop fase kontras dan mikroskop medan gelap.
Partikel-partikel itu adalah kilomikron yaitu globul-globul lemak yang sangat
kecil yang akan bertambah jumlahnya setelah makanan berlemak. Waktu aliran darah terhenti atau darah
berkontak dengan udara salah satu globulin plasma (fibrinogen) mengendap
sebagai jala-jala filamen halus disebut fibrin. Pengerutan bekuan darah atau
plasma (sineresis) menghasilkan cairan jernih kekuningan yaitu serum.
Eritrosit
berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida, fungsi ini berkaitan dengan
fungsi haemoglobin. Haemoglobin terdiri atas suatu protein yaitu globin yang
mempunyai berat molekul sekitar 64500 dibentuk dari 4 rantai polipeptida, tiap
rantai terdiri dari 4 bagian heme yang mengandung besi. Di dalam eritrosit
konsentrasi hemoglobine sangat tinggi, hemoglobin menyusun kurang lebih 33 %b
berat eritrosit. Sesudah jangka waktu mendekati 120 hari eritrosit yang telah berubah bentuk dikeluarkan dari
sistem sirkulasi kemudian dihancurkan.
Bentuk
bikonkaf eritrosit adalah sangat penting agar agar eritrosit dapat berubah
bentuk dalam perjalanannya melalui kapiler- kapiler yang bergaris tengah lebih
kecil daripada eritrosit sendiri. Pada penyakit herediter yang disebut sickle
cell anemia terdapat eritrosit yang berbentuk seperti bulan sabit. Bentuk
seperti ini lebih kaku dan rapuh yang mempermudah hemolisa dan menyumbat
pembuluh-pembuluh darah kecil.
Fungsi
keping darah membantu hemastasis (haima = darah, statis = suatu penghentian)
yaitu menghentikan perdarahan. Pembuluh darah yang terpotong atau karena
kerusakan lainnya akan segera berkontraksi dengan mulai mengurangi kehilangan
darah. Vasokontriksi ini cukup untuk menutup lumen arteri kecil. Hal ini
mungkin disebabkan karena pelepasan serotonin dan vasokonstriktor lainnya dari
keping-keping darah yang melekat pada dinding pembuluh darah yang rusak.
Keping-keping darah akan mencoba menyumbat cacat atau lubang pada dinding
pembuluh darah dengan cara membentuk trombus keping darah juga disebut sumbat
hemostatik sementara. Ketika keping-keping darah bersentuhan dengan serat-serat
kolagen dinding pembuluh darah , keping-keping pembuluh darah akan
membengkakdan bentuknya menjadi sangat tidak teratur dengan beberapa
pseudopodia yang halus. Seiring dengan kejadian ini keping darah menjadi lebih
lengket hingga melekat pada serat kolagen dinding pembuluh darah. Selain itu keping-keping
darah tersebut mengaktifkan keping-keping darah lain disekitarnya dengan
sekresi ADP. yang kemudian melekat pada keping-keping darah yang telah di
aktifkan sebelumnya. Proses ini menjurus pada pembentukan trombus keping darah
yang merupakan suatu sumbat yang longgar yang tersusun dari gumpalan-gumpalan
keping darah. Gumpalan-gumpalan ini sanggup menghentikan perdarahan bilamana
kerusakannya hanya kecil. Cacat atau kerusakan kecil pada endotelium selalu
terbentuk dalam jumlah banyak pada pembuluh-pembuluh darah kecil dan
pembentukan sumbat keping darah sangat penting untuk perbaikan segera kerusakan
ini.
Jika
kita perhatikan suatu cacat yang besar pada dinding pembuluh darah, maka akan
terjadi bentukan pembekuan darah. Substansi aktif akan dilepaskan dari dinding
pembuluh darah yang rusak, demikian juga dari keping-keping darah sendiri
sehingga mengakibatkan protein plasma protombin menjadi trombin.
Trombin adalah suatu enzim yang mengkatalisasi fibrinogen, suatu protein
plasma yang larut menjadi fibrin yang tidak larut. Dalam beberapa detik
fibrin berpolimerisasi menjadi suatu jala-jala yang tersusun dari benang-benang
fibrin yang panjang yang berjalan ke segala arah. Jala ini menangkap elemen
darah yang berbentuk dan terbentuklah suatu bekuan. Benang-benang fibrin dalam
bekuan akan melekat pada permukaan pembuluh darah yang rusak, dengan demikian
bekuan akan menutup cacat tersebut dan mencegah kehilangan banyak darah. Selama
proses pembekuan keping-keping darah berubah bentuknya dengan cara yang sama
seperti pembentukan trombus keping darah, yaitu keping darah bentuknya menjadi
tak teratur dengan pseudopodia halus ke segala arah. Pada saat yang bersamaan
muncul sejumlah besar filamen dalam sitoplasma yang menyusun suatu materi
kontraktil yang terdiri atas suatu kompleks aktin-miosin. Hanya beberapa menit
setel;ah terbentuknya bekuan, bekuan mengalami retraksi yang disebut retraksi
bekuan (retractio = menarik kembali) bekuan ini menginduksi retraksi yang
berikutnya dalam pembuluh darah, jadi kemungkinan besar bekuan ini membantu
hemostasis.
Retraksi
bekuan mengandung keping darah dan fibrin dan kemungkinan mekanismenya adalah keping darah saling
melekat mengerut bersamaan dengan mengerutnya benang-benang fibrin, yang
merupakan tempat melekatnya keping-keping darah. Dalam waktu 30 sampai 60 menit
sebagian besar cairan diperas keluar dari bekuan dan cairan yang keluar ini
disebut serum. serum berbeda dari plasma karena tidak mengandung serta
sebagian besar faktor-faktor pembekuan dan karena itu tidak dapat berkoagulasi.
Pada beberapa kejadian pembentukan trombus dan bekuan terjadi pada dinding
pembuluh yang telah mengalami perubahan sebagai contoh pada dinding arteri
koronaria yang mengalami perubnahn secara patologik yang mungkin nantinya
menjadi trombus koroner.
Lekosit
terutama granulosit netrofil memainkan peranan utama dalam proses inflamasi.
Inflamasi adalah reaksi lokal terhadap kerusakan pada organisme. Meskipun
reaksi inflamasi adalah fenomena jaringan penyambiung tetapi granula netrofil
memainkan peranan penting. Jika tubuh diserang mikroorganisme maka dicetuskan
serangkaian reaksi. Luka jaringan menyebabkan pelepasan histamin dari sel -
sel mast yang mempengaruhi
pembuluh-pembuluh mikro (arteiol, venule, kapiler), ditempat itu berdilatasi
dan permeabilitasnya meningkat. Meningkatnya aliran darah menjadikan tempat itu
menjadi panas dan permeabilitas yang meningkat memungkinkan plasma merembes
keluar jaringan penyambung. Jaringan penyambung membengkak, dengan demikian
terbentuk edema peradangan. Jumlah cairan yang meningkat menyebabkan tekanan
pada ujung-ujung saraf setempat yang sensitif, yang mungkin berperan untuk
nyeri setempat. Namun nyeri dapat juga di sebabkan efek metabolit-metabolit
lokal yang dibentuk selama reaksi peradangan. Selain sel mast, jaringan
penyambung lainnya yang berdekatan menjadi tertarik, terutama makrofag dan
sejumlah besar granulosit netrofil menyerbu daerah tersebut dengan cara
bermigrasi menembus dinding kapiler dan venula pasca kapiler, tergantung pada
keganasan bakteri dan ketahanan organisme yang bersangkutan. Berangsur-angsur
bakteri dikalahkan secara fagositosis tetapi sesudahnya granulosit netrofil
sendiri mati. Pus adalah akumulasi lekosit yang mati dan granulosit
netrofil; yang bercampur dengan jaringan nekrotik. Gejala klinis
peradangan adalah tumor (pembengkakan), rubor (kemerahan), dolor (nyeri) dan
kalor (hangat) mudah dijelaskan dengan pengetahuan alami peradangan. Pada fase
lanjut dari peradangan, makrofag dengan cara fagositosis menghilangkan sisa
-sisa sel dan substansi lain yang tertinggal. Sel-sel makrofag kebanyakan
berasal dari monosit yang setelah meninggalkan aliran darah, mengalami
perubahan menjadi makrofag di daerah peradangan. Setelah bakteri difagosit
granula netrofil, sebagian bakteri dihancurkan oleh sistem pencernaan lisosome.
yang amat penting adalah sistem peleburan fagosome dengan granula sekunder B yang kaya akan
fosfatase alkali dan lisozim. Lisozim adalah bakterisid yang kuat
(menyebabkan kematian bakteri) sebab lisozim memecahkan dinding sel bakteri.
Granulosit netrofil juga mengandung substansi lain dengan aktifitas anti
mikroba.
Seperti
kita ketahui, granulosit netrofil sangat efektif dalam mempertahankan tubuh
terhadap serbuan bakteri.Granulosit netrofil yang matidigantikan dengan mudah
dengan memobilisasi sel-sel yang hampir dewasa dan sel yang dewasa dari
cadangan besar dari sumsum tulang. Granulosit netrofil membentuk sistem mikrofag.
Granulosit ini berbeda dari makrofag
karena tidak mempunyai kemampuan membentuk lagi lisosomnya dalam
kaitannya dengan fagositosis dan hidupnya hanya sekitar satu minggu.
Granulosit
basofil mengandung anti koagulasi heparin dan juga histamin yang mempunyai
efek vasodilatasi yang kuat. Sebagai tambahan granulosit basifil juga
mengandung substansi alergi yang bereaksi lambat (slow reacting subtance of
allergy = SRS-A) yang ternyata terdiri atas campuran atas 3 substansi yang
disebut lekotrin (Lekotrin C4, D4 dan E4). Ini adalah asam-asam lemak
yang dirangkaikan oleh satu atom sulfur
pada satu asam amino atau lebih. Substansi ini menyebabkan vasodilatasdi
dan kontraksi berkepanjangan otot polos jenis tertentu, misalnya pada bronkus.
Mungkin lekosit basofil melepaskan isi granulanya sebagai reaksi terhadap beberapa rangsang
yang berbeda. Yang sangat penting adalah granulosit basofil dan sel mast mampu
mengikat imunoglobulin E (Ig E). pada
permukaannya.
Fungsi
granulosit eosinofil tidak banyak diketahui. Granulosit eosinofil dapat
bergerak aktif dan sedikit fagositik, jadi mungkin hanya berperan sedikit dalm
sistem pertahanan terhadap infeksi mikroorganisme. Granulosit eosinofil tertarik oleh kompleks antigen antibodi yang
difagositnya. Ikatan antigen ke antibodi dapat mencetuskan reaksi berantai
dengan efek jangkauan yang jauh, misalnya suatu reaksi peradangan. Adalah
mungkin bahwa granulosit eosinofil dengan fagositosis dan kompleks antigen
antibodi yang tidak aktif menekan reaksi ini, khususnya dalam reaksi-reaksi
alergi. Jadi tampak penimbunan granulosit eosinofil yang khas dalam
reaksi-reaksi alergi. Jadi tampak penimbunan granulosit eosinofil yang khas
dalam reaksi-reaksi alergi, misalnya dal;am sekret hidung.
Limposit
memainkan peranan dasar reaksi imunologi. Tubuh secara terus menerus dihadapkan
pada kemungkinan masuknya mikroorganisme bakteri yang berbahaya, virus,
protozoa dan lain-lain. Untuk mempertahankan ancaman ini tercakup beberapa mkekanisme pertahanan yang
secara bersama-sama diberikan pada individu dengan pertahanan tertentu yang
disebut imunitas. Beberapa mekanisme pertahanan meliputi :
1. Imunitas bawaan : mencakup fenomena yang lebih umum seperti
fagositosis, kulit yang secara spesifik tidak permiabel, sekresi asam
hidroklorida yang kuat dalam lambung. Semua mekanisme ini adalah tidak spesifik
yaitu reaksi ini berhadapan langsung terhadap berbagai jenis mikroorganisme
yang masuk.
2. Imunitas spesifik atau
imunitas yang didapat : Imunitas ini mencakup pembentukan antibodi dan
limposit yang peka yang menyerang dan menghancurkan pendatang spesifik
tertentu. Imunitas spesifik ini diketahui dengan adanya fenomena bahwa individu dapat bertahan terhadap suatu
serangan penyakit infeksi tertentu, sedangkan kerentanan terhadap penyakit
infeksi lain tetap tak berubah. Pengetahuan ini dipergunakan dalam vaksinasi
dimana varian yang tidak berbahaya dari suatu organisme patogen atau suatu
toksin yang telah dimodifikasi dimasukkan ke dalam tubuh dengan akibat
berkembangnya suatu imunitas spesifik sehingga tetap hidup dari serangan
penyakit itu. Dalam hal ini dikenal pula
imunitas aktif dan imunitas pasif.
1. Imunitas aktif : Jika
individu menjadi kebal setelah suatu infeksi alamiah atau setelah vaksinasi.
2. Imunitas pasif : Jika
ketahanan spesifik terhadap infeksi telah didapat melalui suntikan serum atau
limfosit yang telah peka dari individu yang telah diimunisasi secara aktif.
Dua
hal yang sangat berkaitanm tetapi secara dasar berbeda adanya jenis-jenis
imunitas spesifik yaitu imunitas humoral dan imunitas seluler.
1. Imunitas humoral : Organisme mengembangkan antibodi yang beredar
yaitu globulin yang dapat berikatan secara spesifik dengan antigen yang
bersangkutan.
2. Imunitas seluler : Dihasilkan
sejumlah besar limfosit yang secara spesifik peka terhadap substansi asing,
yang dapat dihancurkannya.
Limfosit
merupakan basis seluler dari imunitas seluler dan imunitas humoral. Pada
manusia yang secara herediter tidak mempunyai jaringan limfoid , imunitas spesifik tidak akan timbul dan individu
demikian bila tidak diobati akan segera meninggal, setelah dilahirkan akibat
infeksi yang sangat berat. Secara fungsional limposit dibagi menjadi limfosit
T, dan limfosit B. Kedua limposit ini masing masing bertanggung jawab sebagai
perantara imunitas seluler dan imunitas humoral. Kedua dari jenis limfosit
ini berasal dari stem sel dalam sumsum
tulang.
Limfosit
T berasal dari sel stem atau limposit yang bersama aliran darah
meninggalkan sumsum tulang dan dalam perjalanannya ke jaringan, tinggal
beberapa saat dalam Thymus. Selama tinggal disini limfosit membelah dengan
hebat, tetapi kebanyakan limfosit ini mati. Limfosit yang meninggalkan thymus
dan kembali lagi ke aliran darah telah
mengalami suatu perubahan, artinya telah mampu bereaksi dengan antigen tertentu
dengan perantaraan reseptor permukaan. Limfosit T tidak membentuk antibodi dan
hakekat reseptor permukaan belum diketahui. Struktur reseptor mungkin
mengandung berbagai rantai polipeptida yang mirip dengan ysng disebut rantai
berat molekul antibodi karena reseptor ini agaknya bereaksi secara stereokimia
dengan determinan antigen pada antigen spesifik dengan cara yang sama seperti
pada reaksi antigen antibodi.
Limfosit
B juga berasal dari sel stem dalam sumsum tulang, tetapi berlainan dengan
limfosit T, tempat dimana limfosit B mengalami perkembangan menjadi limfosit B
yang bereaksi spesifi, pada mamalia tidak diketahui. Pada unggas perkembangan
ini terjadi terjadi dalam organ yang disebut Bursa Fabricii (sebuah struktur
seperti kantong yang buntu terletak di dinding kloaka). Mungkin organ yang
ekwivalen pada mammalia digantikan oleh sumsum tulang, hal ini tidak
mengharuskan untuk mengubah namanya. Pada limfosit B reseptor permukaan terdiri
dari molekul antibodi yang disintesa oleh sel-sel ini. Sebaliknya, limfosit B
tidak mensekresi antibodi, kecuali bila distimulasi oleh suatu antigen. Seperti
halnya dengan limfosit T, reseptor permukaan pada limfosit tertentu hanya mampu
bereaksi terhadap satu antigen tertentu.
Limfosit
kecil dalam darah dan jaringan terdiri atas campuran limfosit T dan limfosit B.
Kebanyakan limfosit dalam darah adalah limfosit T (kurang lebih 80% pada
manusia dewasa) dan mampu hidup untuk bertahun-tahun. Limfosit T menempati
daerah-daerah tertentu dalam kelenjar limfe dan limpa dan terus menerus beredar
kembali antara darah dan organ-organ ini. Demikian pula limposit B menempati
daerah-daerah tertentu lainnya dalam kelenjar limfe dan limpa dan lebih sering
menetap disitu. Beberapa diantaranya beredar kembali, karena paling sedikit 15
% dari limfosit kecil dalam darah manusia adalah limfosit B. Seperti limfosit
T, Limfosit B umurnya panjang, kecuali bila mendapat rangsangan antigen.
Diperkirakan bahwa limfosity T menyusun lebih dari 1/2 dari semua limfosit
dalam organisme dan limfosit B kurang dari 1/2 jumlah limfosit T.
10.4
Rentang Hidup Sel Darah dan Pemusnahannya
Berbeda
dengan sel lainnya, sel darah merah dan sel darah putih hanya dapat hidup untuk
waktu yang relatif pendek. Jangka hidup eritrosit manusia hanya 120 hari.
Makrofag -makrofag terutama dalam limpa dan hati menyingkirkan sebagian besar
eritrosit tua dari peredaran darah. Setelah sel darah merah dirusak oleh sel
fagosit, hemoglobin dipecah menjadi bagian yang mengandung besi (hem) dan
bagian yang bebas besi (globin). Hem selanjutnya dipecah lagi menjadi besi yang
dipakai kembali atau disimpan dan bilirubin yang diangkut ke hati dan
dikeluarkan bersama empedu. Jangka hidup (life span) berbagai sel darah putih
sukar ditentukan, karena sel-sel itu meninggalkan pembuluh darah dan masuk ke
celah-celah jaringan, tetapi nampaknya cukup bervariasi. Ada bukti bahwa sel
darah putih hanya berada dalam peredaran lebih kurang 24 jam. Namun banyak
limposit yang kembali ke organ-organ limpoid, dan beredar kembali. Berapa lama
sel darah putih tetap hidup setelah meninggalkan peredaran darah tidak
diketahui. Granulosit nampaknya hidup dalam celah jaringan hanya beberapa hari. Sel-sel tua dan yang
mati diperkirakan disingkirkan oleh fagosit di dalam hati dan limpa, dan di
dalam jaringan ikat setempat. Sel darah putih menghilang disebabkan oleh
migrasi melalui epitel membran mukosa terutama ke dalam lumen sistem pencernaan
dan pernafasan.
Keping-keping
darah dianggap dapat hidup selama
4-5 hari dalam peredaran darah.
Keping darah diperkirakan disingkirkan dari peredaran darah melalui cara serupa
dengan eritrosit, yaitu oleh aktifitas fagositik makrofag di dalam limfa dan
hati.
Promo DonacoPoker Spesial Menyambut Lebaran
BalasHapusPromo spesial untuk menyambut Bulan Puasa Donaco Poker memberikan promo spesial yang hanya untuk anda member-member setia kami dengan memberikan tambahan deposit sebesar 10+10%.
Permainan di DonacoPoker
- POKER
- DOMINO
- CEME
- CEME KELILING
- CAPSA
- SUPER10
- OMAHA
Hubungi kami di :
WHATSAPP : +6281333555662
atau langsung di Livechat kami ya bosku. Terimakasih
DAFTAR
Judi Poker Online Terbaik
Permainan yang tengah jadi pujaan sekarang ini ialah game bandarq. Game ini disukai sebab langkah bermainnya gampang dengan skema bermain yang berlainan, unik serta begitu mengasikkan. Dalam permainan bandarq ini pemain juga bisa jadi bandar serta ini merupakan pengembangan baru yang di kembangkan di game judi kartu online hingga berikut yang membuat game bandarq makin di favoritekan sekarang ini. Di permainan bandarQ ini siapa saja ( tiap-tiap pemain) dapat jadi Bandar dengan minimum syarat chips yang perlu di punya oleh pemain itu , bila pemain telah penuhi minimum chips itu , jadi saat duduk di meja , sebagai Bandar akan dengan automatis bergantian sesuai tempat duduk nya masing masing. Apabila anda tidak mempunyai minimum chips yang di tetapkan oleh agen itu. Jadi anda akan dengan automatis jadi seseorang pemain biasa, atau anda bisa menantang Bandar.
BalasHapusCara Agar Menang Besar Di Game BandarQ
Untuk Info Selanjutnya di INDOKARTU
Silahkan add kontak kami bosku ^^
WA : 081333366766
BBM : indkartu
LINE : indokartu
Ingin mencari Situs Bandar Judi Online Terpercaya dan Teraman?
BalasHapusSudah tidak perlu Anda ragukan lagi, segera bergabung bersama S128, Situs Bandar Judi Online Terpercaya dan Teraman !!
Raih kemenangan Anda bersama kami hingga menjadi seorang JUTAWAN !!
Minimal deposit hanya Rp 25.000,- Anda sudah bermain semua permainan disini.
Disini juga menyediakan deposit via PULSA, OVO, dan GOPAY.
Jadi, apa lagi yang ditunggu? Segera daftarkan diri Anda bersama kami.
HOT PROMO BONUS yang tersedia :
- BONUS NEW MEMBER 10%
- BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
- BONUS CASHBACK 10%
- BONUS FREEBET 200rB
- BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !! ( Sabung Ayam Online )
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami, melalui :
- Livechat : S128Cash
- WhatsApp : 081910053031
Link Alternatif :
- http://www.s128cash.org
Ayam Sabung
S128